Bagian 16, Karena Aku Ga Pernah Tau Arti Tulus
Bagian 16
Karena Aku Ga Pernah Tau Arti Tulus
Setelah Dio memanggilnya. Clarissa tetap saja tidak bisa menjawab Dio. Clarissa hanya diam. Karena memang pada saat itu Clarissa sedang kacau kacaunya.
"Lu Sehat ga? Ga sopan banget perasaan. Clarissa lagi ga baik baik aja tau, Malah kenalan." Ucap Nadiya dengan ketus.
"Iya maaf deh Mba." Ucap Dio.
"Lu kok panggil gua Mba?!! Emang gua setua itu??" Ucap Nadiya.
"Diem Mba, Ini lagi acara dukacita." Ucap Dio.
"Kok lu nantangin gua?!!!" Ucap Nadiya.
Kemudian setelah Dio tau itu hanya akan membuat pertengkaran. Dio memberhentikan pembicaraannya kemudian duduk menjauhi Clarissa dan Nadiya.
"Anak gila, Dateng dateng malah kenalan. Napa hari ini gua nemuin manusia manusia yang lebih aneh dari manusia, Setan emang." Ucap Nadiya dalam hati.
"Ssttt, Cup cup cup cup. Kamu ga sendirian kok Sa, Ada gua. Aku nemenin kamu terus." Ucap Nadiya menenangkan Clarissa.
Hari itu juga, Jenazah ibunda Clarissa tengah di kuburkan, Hari itu adalah hari terberat Clarissa. Benar memang berat, Berat rasanya menerima seisi dunia, Berat rasanya kehilangan segalanya, Memang benar rumah tak akan pernah bisa tertinggal, Dimanapun dan kapanpun Ibundanya tetap berada di pikirannya. Penerimaan dari segala hal, Di Hari ini semuanya benar benar terasa bukan harinya, Seketika menjadi lebur hingga jatuh sejatuh jatuhnya. Hingga semuanya benar benar memakan semuanya mulai dari pikiran, Tenaga, Air mata. Tak ada satu manusia yang hidup di ambang harapannya lagi. Bundanya tak dapat melihat semua mimpi peri kecilnya. Semua mata dari mimpinya benar benar terkubur di hari ini. Mengikuti bundanya yang tak bisa menghembuskan nafasnya lagi, Bukan untuk sekali dan dua kali. Melainkan rasanya seperti berhari hari.Wajahnya yang cantik, Matanya yang lentik, Kulitnya yang putih dan seluruh keanggunan wajahnya menampakkan seperti peri kecilnya. Peri kecilnya menangis dan air matanya membasahi semuanya dan menutup semua aura tenangnya.
Ketika memang hari itu sudah selesai semuanya, Dan hari itu benar benar harus berakhir, Nadiya harus bermalam di rumah Clarissa. Saat itu juga Dio masih berada di depan rumah Clarissa.
"Sa? Itu temen lu?"
"Iya, Bentar Nad." Ucap Clarissa.
Clarissa ke luar dari rumahnya dan memanggil Dio. Clarissa melambaikan tangannya. Dio pun masuk ke rumahnya.
"Yaelah, Gua harus adu mulut lagi sama dia." Ucap Dio Dalam hatinya.
"Apa lu liat liat???" Ucap Nadiya.
Dio tak menjawabnya.
"Eh Sa, Hari ini lu belom makan kan? Bentar deh gua cek dapur lu." Ucap Nadiya.
"Gua lemes banget dah, Ga ada energi." Ucap Clarissa.
Wajahnya yang memang masih pucat dan tidak baik baik saja.
Nadiya mengecek dapurnya, Semuanya terlihat rapi dan tertata dengan estetik. Tak ada debu sedikitpun. Mengkilap dan semuanya rapi.
"Gua masak apa yang ada aja dah, Kasian juga Clarissa. Yang penting sekarang Clarissa ga kehabisan energi." Ucap Nadiya.
Clarissa yang benar benar tak memiliki energi untuk berbicara dengan Dio, Clarissa hanya diam membisu. Ia tak mengatakan apapun. Clarissa benar benar memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan suasana kosongnya. Dio bertanya tiba tiba.
"Sa? Lu sekarang kerja di Jakarta?" Ucap Dio.
"Iya." Ucap Clarissa.
"Sa lu masi inget gua kan?" Ucap Dio.
"Iya inget kok, Dulu lu juga pernah masuk BK gegara ikutan nyuri motor bareng temen lu kan? Maluin banget." Ucap Clarissa.
"Enggaa, Ga ikut nyuri. Itu tuh gua ga ikut ikut cuman ya gimana lagi. Temen gua di situ jadi gua gabisa ngehindarin itu. Mesti kebawa." Ucap Dio.
"Iya iya." Ucap Clarissa.
Karena memang keadaannya yang tidak serasa dan benar benar masih dalam berduka. Dio memutuskan ingin pulang dan hendak berpamitan. Namun......
"Woi, Lu mau kemana?!!!!" Ucap Nadiya.
Dio menengok, Kemudian menuju dapur Clarissa.
"Gua mau pulang." Ucap Dio Singkat.
"Enak aja lo main pulang aja, Gua udah masakin lo nih. Nanti siapa yang mau makan. Udeh deh lo makan dulu baru pulang." Ucap Nadiya.
"Galak bener." Ucap Dio.
"APA LU BILANG?!!!" UCAP NADIYA.
"Kaga, Masakan lo baunya wangi." Ucap Dio.
Kemudian Dio duduk kembali di depan Clarissa. Selang beberapa menit Clarissa bertanya.
"Kok gajadi beranjak?" Ucap Clarissa.
"Beranjak? Maksudmu? Pulang?" Ucap Dio.
"Iya." Ucap Clarissa.
"Engga, Temenmu nyuruh aku buat disini." Ucap Dio.
"Di marahin???" Ucap Clarissa.
Dio tak menjawabnya ia hanya mengangguk. Tak lama kemudian, Setelah berlama di dapur Nadiya pun datang dengan membawakan makanannya.
"Nih makan, Buat isi energi. Sa? Lu jangan sedih ya ada gua sama orang gajelas ni satu." Ucap Nadiya.
Mereka bertiga makan malam bersama, Ketika selesai Clarissa memutuskan untuk masuk ke kamar.
Nadiya membereskan piring dan mencuci tak lama kemudian Dio pun membantunya.
Setelah semuanya selesai Dio kembali ke ruang dan duduk kembali. Dia tak beranjak pergi.
Nadiya keluar dari kamarnya, Nadiya tidur di kamar tamu. Nadiya hendak akan mengunci pintunya ia akan tidur. Setelah sampai di depan pintu Nadiya kaget.
"Lah? Lu ngapain?" Ucap Nadiya.
Nadiya kaget melihat Dio yang tengah duduk di ruang tamu.
"Gua ga pulang, Gua mau nginep." Ucap Dio.
"LAH!! LU MAU NGAPAIN DISINI? GILA LU YA?!!" UCAP NADIYA.
"Gua mau tidur disini, Gua ga bakal ganggu lu dan gua ga bakal ganggu Clarissa. Tenang aja lu bisa percaya gua kan?" Ucap Dio.
"Nama lu dio?" Ucap Nadiya.
Dio mengangguk. Nadiya mengunci pintunya, Kemudian duduk di depan Dio.
"Lu liat gua? Gua percaya kali ini lu ga bakal nyakitin Clarissa ataupun gua. Sekali lagi gua percaya." Ucap Nadiya.
"Iya, Gua jaga kepercayaan lu." Ucap Dio.
"NAH LOH KELIATAN!!!." UCAP NADIYA.
"Woi gila!!! Jangan keras keras Clarissa mau tidur tu. Gila lu!!!." Ucap Dio.
"Keliatan lu suka sama Clarissa kan kan kan. Udah jujur aja sama gua lu." Ucap Nadiya.
"Engga." Ucap Dio.
"Gausah sok sok an gengsi lu, Gua tau effort lu tuh." Ucap Nadiya.
"Ngeselin banget ni cewe, Kalo gua bilang engga ya engga." Ucap Dio.
"Yaudah gini deh, Lu kagum kan sama Clarissa?" Ucap Nadiya.
"Sini lu, Liat muka gua tatap bola mata gua buka telinga lu. Dengerin." Ucap Dio.
"Gausah galak galak dah, Ngomong yang tenang aja biar enak di denger di telinga." Ucap Nadiya.
Komentar
Posting Komentar