Bagian 18, Ga Pernah Ngerti Tentang Semua Perasaannya
Bagian 18
Ga Pernah Ngerti Tentang Semua Perasaannya
Ternyata dari cara menghargai dan menyayangi seseorang itu berbed kita tau semua hal bahkan sudah tertata rapi di bagiannya masing masing. Karena kita tak pernah tau siapa yang kagum, Siapa yang menaruh harap pada kita. Bahkan ternyata kita adalah bagian penting dalam hidup seseorang. Hanya dengan melihatnya, Membuat nya senang. Kita tau bahwa di semua kehidupannya hanya dengan dia hidup, Dia tak membuat redup. Kebahagiaan kecil yang ia terima hanya dengan dia hidup, Itu membuatnya berarti. Tidak ada yang unik dalam bagian cerita ini, Bahkan ini jauh dari kata menyenangkan, Hanya saja Kamu terlalu istimewa untuk ku tuliskan disini.
Keesokan harinya Clarissa bangun lebih awal tepat pukul 06:00 ia bangun. Ia berjalan untuk menuju kamar mandinya. Ia menoleh.
"Lho?!! Dio?!!" Ucap Clarissa.
Ia menghampiri Dio kemudian Clarissa mengambil selimut miliknya, Dan menyerahkannya pada Dio.
Selang selesai membersihkan seluruh badannya, Clarissa membereskan semua pakaiannya. Ia siap berangkat ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaannya.
Selang beberapa waktu Nadiya pun bangun, Sontak ia kaget melihat Dio yang tidur dengan memakai selimut Clarissa.
"Hai Nad." Ucap Clarissa.
"Rapi bener lu, Mau kemana." Ucap Nadiya.
"Ke Jakarta, Gua kan masih kerja." Ucap Clarissa.
"Lu gamau ngambil cuti dulu Sa? Ayo dong cuti." Ucap Nadiya.
"Nad, Gua kalo cuti dan diem di rumah gua bakal kepikiran sama semuanya, Gua pengen ngelanjutin aktivitas gua yang biasanya. Tapi kalo lu mau jaga rumah gua mah gapapa Nad." Ucap Clarissa.
"Kaga mau gua, Yaudah tungguin gua siap siap ya?" Ucap Nadiya.
Nadiya pun bersiap siap, Clarissa menuju dapurnya dan membuat susu panas, Guna untuk mengisi perut kosongnya. Lalu ia duduk, Tepat di depan Dio.
Dio membuka matanya dan, Melihat tubuhnya tertutupi oleh selimut bewarna orange.
"Clarissa?????" Ucap Dio.
"Dah bangun lu?" Ucap Clarissa.
Dio masih belum terbangun sepenuhnya, Nyawanya masih belum terkumpul, Dio duduk dan memandang Clarissa dengan tatapan kosong.
"Lu mau kemana Sa? Keliatan rapi banget." Ucap Dio.
"Ke Jakarta, Kerja." Ucap Clarissa.
Apa gua harus kehilangan Clarissa lagi, Apa bentuk cinta dengan cara melihatnya bakal pudar lagi? Apa semuanya harus gua akhiri disini? Gua bakal kehilangan lagi, Dan gua bakal nunggu lagi. Karena kata orang orang yang mencintaimu ga bakal buat kamu nunggu.
"Sa? Gamau disini dulu?" Ucap Dio.
"Hadeh sama aja lo ga beda jauh dari si Nad." Ucap Clarissa.
"Gua lupa, Gua ga jauh mengenalnya. Gua lupa dia juga manusia yang bisa bikin gua kecewa, Dan dia belum sepenuhnya ngerti apa yang gua rasain. Jadi kali ini gua gamau egois." Udap Dio.
"Yaudah, Gua anter lu ke bandara ya?" Ucap Dio.
"Kita mau bonceng bertiga? Gua sama Nad naik taxi aja." Ucap Clarissa.
"Okey Sa." Ucap Dio.
"Sial gua kalah lagi, Bener bener gabisa. Gua gabisa menangin perang ini. Sial gua cuma ga pengen kalah. Sial gua cuma pengen di sisinya, Sial sial bodoh banget gua." Ucap Dio dalam hati.
"Bentar ya Sa, Gua beresin barang barang gua dulu." Ucap Nadiya dengan sedikit keras.
Clarissa dan Dio benar benar diam, Rasanya seperti canggung.
"Mandi sana." Ucap Clarissa.
"Gua?" Ucap Dio.
"Iya, Kan cuma ada lu di situ." Ucap Clarissa.
"Nanti aja, Gua semalem dah mandi." Ucap Dio.
"Hah? Kapan malem malem ngapain mandi?" Ucap Clarissa.
"Iya, Mandi air mata." Ucap Dio.
Komentar
Posting Komentar